Penggunaan web di Indonesia merasakan peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Web Indonesia (APJII), jumlah pengguna web hingga 215,63 juta orang pada periode 2022-2023, meningkat 2,67% dari periode sebelumnya yang tercatat 210,03 juta pengguna. Tingkat penetrasi web nasional hingga 78,19% dari overall penduduk, sebuah rekor tertinggi baru bagi Indonesia.
Peningkatan ini mengubah lanskap pemasaran dari metode konvensional menjadi sepenuhnya virtual. Perubahan tersebut mendorong perlunya aset virtual seperti web site dan media sosial yang dikelola dengan strategi pemasaran virtual yang tepat.
Hal serupa juga dirasakan Athalla Diego, mahasiswa semester 8 DIV Manajemen Informatika UNESA. Sejak SMK, Athalla sudah akrab dengan dunia pemrograman, pembuatan web site dan aplikasi. Awalnya, dia percaya coding adalah masa depannya.
Kecemasan muncul ketika ia menyadari bahwa pemanfaatan teknologi di lingkungannya hanya berhenti pada pembuatan web site tanpa adanya keberlanjutan.
“Di kampus, setelah proyek web site selesai, dibiarkan dengan begitu saja. “Sibuk atau sepi, sepertinya tidak ada yang peduli,” kata Athalla. Hal ini membuatnya bertanya-tanya, apa gunanya membangun sesuatu tanpa memikirkan keberlanjutannya?
Antar-jemput baru Athalla berawal saat magang di Kantor Energi dan Sumber Daya Mineral Pemerintah Jawa Timur. Di sana, ia pertama kali mengenal dunia pemasaran virtual. Meski awalnya terasa aneh, tetapi ia mulai lihat potensi besar yang ditawarkan bidang ini.
Perubahan signifikan terjadi setelah Athalla mematuhi pelatihan virtual advertising di bootcamp berbasis hyperlink and match. Ia belajar bahwa pemasaran virtual bukan hanya tentang membuat konten, namun juga memahami audiens, analitik, dan keberlanjutan. “Dulu saya mengira pemasaran virtual hanya soal membuat konten. “Ternyata ini tentang strategi yang lebih dalam,” ujarnya.
Athalla pun menyadari bahwa hubungan antara teknologi dan pemasaran kini sepertinya tidak bisa dipisahkan. Pemasaran virtual memberinya perspektif baru tentang bagaimana sebuah web site bisa berkembang dengan cara strategi yang tepat dan berkelanjutan.
Apa yang dialami Athalla mencerminkan realitas yang terjadi di masyarakat luas. Dalam perjalanan perkembangan teknologi yang pesat, usaha kecil menengah semakin beralih dari pemasaran konvensional ke strategi virtual agar tetap relevan dan kompetitif. Mengadaptasi teknologi dalam pemasaran bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah kebutuhan.
Dengan pendekatan yang tepat, teknologi bisa membantu masyarakat mempertahankan bisnisnya sekaligus memberikan mempengaruhi yang lebih besar sekali bagi masyarakat sekitar.
Antar-jemput Athalla menjadi contoh nyata bahwa adaptasi dan pembelajaran berkelanjutan adalah kunci untuk bertahan dan berkembang di technology virtual.
Sumber: VRITIMES