WARNAJEMBAR.COM – Pasar crypto merasakan kekacauan yang signifikan pada awal 2025, ditandai dengan volatilitas tinggi dan likuidasi besar hingga lebih dari Rp34 triliun sehari pada 3 Februari. Bitcoin turun menjadi $ 93.629 setelah sebelumnya menetapkan rekor tertinggi sejauh masa. Ketidakpastian ini menimbulkan pertanyaan apakah tren peningkatan berlanjut atau telah hingga puncaknya. Faktor ekonomi makro, seperti kebijakan tarif Donald Trump dan peluncuran version AI dari Cina, berkontribusi pada fluktuasi pasar.
Tetapi, pola teknis muncul “cangkir dan pegangan” yang terus menerus merupakan sinyal dari kelanjutan tren bullish. Pedagang Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menganggap bahwa pasar masih dalam fase konsolidasi sebelum potensi peningkatan lebih lanjut. Beberapa indikator teknis, termasuk M2 Oscillator dan Extension Fibonacci, juga memberi dorongan untuk proyeksi bahwa Bitcoin bisa hingga $ 200 ribu mencapai $ 225 ribu tahun ini.
Disisi berbeda, faktor peraturan tetap menjadi perhatian utama. Spekulasi mengenai kemungkinan Bitcoin sebagai aset cadangan strategis oleh Amerika Serikat mempunyai kesempatan untuk meningkatkan harga, namun pernyataan paling kekinian dari pejabat terkait untuk mengurangi optimisme. Selain itu, aliran dana ke Bitcoin ETF di Amerika Serikat juga mulai melambat, mencerminkan sikap cermat investor terhadap pasar.
Dengan berbagai faktor yang saling mempunyai pengaruh pada, prospek Bull Run Bitcoin masih terbuka, meski demikian tekanan pasar tetap tinggi. Analis menyarankan investor untuk memahami pola pasar dan menerapkan strategi manajemen risiko untuk menghadapi ketidakpastian yang masih menaungi pergerakan harga bitcoin ke depan.
Sumber: Vritimes
(TagStotranslate) Bitcoin
Source link