Crypto lebih potensial dan felony daripada perjudian on-line

WARNAJEMBAR.COM – Industri crypto di Indonesia merasakan perkembangan yang signifikan dalam perjalanan -tengah masalah dana perjudian on-line yang terus meningkat. Menurut knowledge PPATK, transaksi perjudian on-line pada kuartal pertama 2025 hingga Rp47 triliun, meski demikian menurun dibandingkan tahun lalu. Rutinitas ini tetap menjadi perhatian karena itu standing ilegal dan berisiko melukai masyarakat. Disisi berbeda, sektor crypto merasakan lonjakan yang sangat positif, dengan transaksi hingga Rp109,3 triliun pada periode yang sama, mencerminkan kepentingan publik dalam aset virtual.

Otoritas Layanan Keuangan (OJK) melaporkan bahwa lebih dari 13 juta konsumen secara aktif terlibat dalam ekosistem crypto sampai Maret 2025, untuk saat ini sektor ini juga memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan negara dengan cara pajak. Sejak implementasi pajak crypto pada tahun 2022, general pajak yang dikumpulkan telah hingga Rp1.2 triliun, memperlihatkan potensi ekonomi yang dimiliki oleh industri ini. CMO Tokocrypto, Wan Iqbal, menekankan bahwa crypto bukan hanya alat investasi, namun juga merupakan fondasi penting dalam inovasi keuangan hukum dan produktif.

Menurut Iqbal, industri crypto membuka peluang ekonomi yang jauh lebih sehat dan lebih berkelanjutan daripada perjudian on-line, yang hanya menggerakkan uang tanpa menciptakan nilai tambah. Aset crypto, didukung oleh teknologi blockchain, juga memberikan peluang bagi orang -orang yang belum diakses oleh jasa keuangan tradisional untuk memasuki sistem keuangan global dengan menggunakan yang lebih aman dan lebih efisien. Ini menciptakan peluang ekonomi bagi individu di daerah terpencil dan bisnis mikro.

Pemerintah dan orang -orang yang semakin melek diyakini mendorong pertumbuhan sektor crypto di Indonesia. Dengan peraturan yang lebih baik dan program literasi intensif, crypto mempunyai potensi untuk menjadi pendorong utama untuk inklusi keuangan dan kemajuan ekonomi virtual. Industri ini, dengan dukungan yang tepat, bisa menjadi salah satu pilar penting dalam menciptakan ekosistem ekonomi virtual yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Sumber: Vritimes