WARNAJEMBAR.COM – Harga emas merasakan tekanan bearish pada minggu ini, tren penurunannya dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan Federal Reserve (The Fed). Analis Andy Nugraha memproyeksikan harga emas berpotensi turun ke $2.580, meski ada kemungkinan rebound ke $2.616. Fluktuasi harga tersebut juga didorong oleh penguatan Dolar Amerika Serikat dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat dengan begitu menurunkan daya tarik emas sebagai aset investasi.
Keputusan The Fed yang diprediksi sepertinya tidak terlalu dovish memperkuat sentimen pasar terhadap penguatan USD. Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat bertenor 10 tahun hingga titik tertinggi sejak akhir November, memberikan tekanan lebih lanjut pada harga emas. Selain itu, laporan penjualan ritel Amerika Serikat yang melampaui ekspektasi pada bulan November menandakan ketahanan perekonomian Amerika Serikat, dengan begitu mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut.
Tetapi, ketegangan geopolitik global memberikan dukungan terhadap emas sebagai aset safe-haven. Konflik yang sedang berlangsung, seperti perang Rusia-Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, dan perselisihan perdagangan internasional, berpotensi menahan penurunan harga emas lebih lanjut. Sentimen pasar masih tetap hati-hati, pelaku pasar terus mencermati perkembangan situasi global.
Secara keseluruhan, meski demikian emas menghadapi tekanan dari penguatan basic ekonomi Amerika Serikat dan kebijakan moneter The Fed, risiko geopolitik global bisa membatasi pelemahan harga logam mulia ini. Analis merekomendasikan menunggu konfirmasi tren sebelum mengambil langkah baru dalam strategi investasi emas.
Sumber: VRITIME