Pernah Menjadi Primadona, Apa yang Terjadi dengan Penambangan Ethereum Setelah Beralih ke Evidence-of-Stake?

Pernah Menjadi Primadona, Apa yang Terjadi dengan Penambangan Ethereum Setelah Beralih ke Evidence-of-Stake?



Penambangan Ethereum pernah menjadi salah satu cara paling populer untuk dapatkan aset kripto. Tetapi, sejak Ethereum beralih ke mekanisme Evidence-of-Stake (PoS), metode ini sepertinya tidak lagi didukung oleh jaringan Ethereum. Perubahan ini berdampak besar pada komunitas penambangan dan jaringan Ethereum itu sendiri, menghentikan generation penambangan tradisional yang dikenal dengan konsumsi energinya yang tinggi.

Penambangan Ethereum adalah proses memvalidasi transaksi dan menjaga keamanan jaringan Ethereum dengan memecahkan teka-teki matematika yang rumit. Penambang memakai perangkat keras khusus untuk menemukan nilai hash yang benar, yang memungkinkan mereka menambang blok baru di blockchain Ethereum dan memperoleh imbalan dalam ETH. Sebelum transisi ke PoS, penambangan Ethereum berperan sepertinya tidak hanya dalam memvalidasi transaksi namun juga dalam penyediaan ETH, meski demikian proses ini membutuhkan cukup banyak energi.

Dalam proses penambangan, penambang memakai perangkat keras seperti GPU atau ASIC untuk melakukan hashing, yaitu enkripsi satu arah yang menghasilkan keluaran hash yang unik. Algoritme Ethash digunakan untuk memproses hashing ini. Ketika hash yang cocok ditemukan, blok baru ditambahkan ke blockchain, mengamankan seluruh rantai dengan cara mekanisme Evidence-of-Paintings (PoW).

Pada bulan September 2022, Ethereum resmi beralih dari PoW ke PoS dengan cara pembaruan besar yang dikenal sebagai “The Merge.” Pembaruan ini menghentikan generation penambangan dan menggantinya dengan mekanisme staking yang lebih ramah lingkungan. Validator dalam sistem PoS dipilih secara acak berdasarkan jumlah ETH yang mereka staking, dengan begitu mengurangi penggunaan energi sampai lebih dari 99% dan meningkatkan proteksi serta skalabilitas jaringan.

Dengan berakhirnya generation penambangan Ethereum, cukup banyak penambang beralih ke jaringan lain seperti Ethereum Vintage (ETC) yang masih memakai PoW, atau mempertimbangkan opsi lain seperti Bitcoin, Litecoin, dan Dogecoin. Penambang yang masih mempunyai perangkat keras Ethash juga bisa menambang aset kripto lain seperti MOAC, EtherZero, atau Bitcoin Gold.

Baca Juga:  Bitcoin meningkat menjadi RP1,73 miliar, dipengaruhi oleh sentimen Amerika Serikat yang positif

Meski demikian penambangan Ethereum kini sudah menjadi masa lalu, memahami prosesnya tetap penting. Transisi ke PoS telah membawa perubahan besar pada Ethereum, menjadikannya lebih ramah lingkungan dan efisien. Bagi para penambang yang masih ingin melanjutkan aktivitasnya, ada cukup banyak alternatif menarik untuk dijelajahi di dunia kripto yang terus berkembang.

Tentang Bittime

Bittime dengan cara PT Utama Aset Virtual Indonesia merupakan platform investasi aset kripto yang telah terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dan Kementerian Komunikasi & Informatika (Kominfo). Bittime juga merupakan anggota Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) dan Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO). Sebagai platform investasi aset kripto, Bittime mempunyai visi untuk mendapatkan keuntungan dari teknologi blockchain guna memberikan akses kebebasan finansial yang adil bagi setiap orang, terlepas dari lokasi atau posisi keuangan mereka. Aplikasi Bittime bisa diunduh di Google Play dan App Store.


Sumber: VRITIMES