Salah Satu Ketua Desa Siaga Kecewa dan Keluhkan Atas Pelayanan Dinkes KBB Yang Berbelit Belit

Salah Satu Ketua Desa Siaga Kecewa dan Keluhkan Atas Pelayanan Dinkes KBB Yang Berbelit Belit

Kab.Bandung Barat – warnajembar.com Salah satu Ketua Desa Siaga di bidang pendampingan Pasien Desa Canggkorah, kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB) Rahmat yang biasa di sapa Beta, keluhkan tentang aturan dan kecewa terhadap pelayanan pembuatan Maskin oleh Dinas Kesehatan di KBB.

Pihaknya menjelaskan kekesalannya tentang Aturan yang di buat oleh Dinkes KBB terlalu berbelit belit, sehingga membuang waktu dan energi bagi dirinya atau pengurus yang ada di Desa.

“Saya mengurus salah satu pasien atas nama Erik dari kampung Seukeutando Desa Canggkorah, kebetulan dia punya jaminan kesehatan yang belum terbayar, akhirnya tidak bisa digunakan,terpaksa akhirnya menggunakan Maskin, waktu kemarin senin tanggal 27 saya berangkat dari Desa ke kecamatan sampai lah di Dinkes KBB untuk mengurus maskin, ternyata dari pihak Dinkes ada aturan yang harus di dampingi keluarga pasien, “jelas Rahmat kepada wartawan di kantor Dinkes KBB, Ngamprah, KBB. Pada hari Selasa (28/2/2023)

Rahmat juga menjelaskan terkait Keluarga pasien itu yang sakit adalah suaminya, dan yang menunggu isterinya, anak yang paling besar masih duduk di Bangku SMP dan karena ada ujian tidak bisa di ganggu, kalau adiknya pasien tinggalnya di Kota Bandung, Akhirnya terpaksa Rahmat bawa anak kedua dari pasien yang masih duduk di Bangku SD.

“Yang saya simak kemarin dari pihak Dinas mengatakan untuk pengurusan Maskin harus dengan keluarganya atau yang tercantum di KK pasien, padahal saya sudah jelaskan bahwa saya adalah ketua Desa Siaga Desa Canggkorah dan RW juga anggota Siaga desa Cangkorah, daripada tidak jadi dan yang kita khwatirkan harus bayar dulu, maka saya ambil keputusan membawa anaknya pasien yang masih SD untuk menjadi perwakilan keluarga” Ungkap Rahmat

Baca Juga:  Mengapa Obesitas pada Anak Bisa Menjadi Kekhawatiran Jangka Panjang

Selain itu, Rahmat juga menjelaskan bahwa Pasien di rawat dari hari minggu karena DBD dan sampai saat ini pasien masih terbaring di Rumahsakit

“Dari dulu saya mengurus biasa saja, tidak seperti ini, kalau pihak Dinkes ragu ke saya sebagai Ketua Desa siaga itu tinggal cek saja kebenaran saya ke tingkat Desa, Kami dan pa RW statusnya adalah anggota Siaga desa Canggkorah, dan pasien orang Canggkorah, kenapa tidak bisa” Tegas Rahmat

“Bila kepengen selektif dan mengecek pasiennya dari mana Yang mengurus dari mana, kalau memang alamat pasien dan mengurus sama, maka saya yakin tidak ada Pungli, “ujarnya

Rahmat juga mengatakan, bahwa bukan pertama kali nya membantu membuat Maskin susahnya minta ampun sampai bolak balik, buang ongkos buang tenaga dan pikiran padahal sudah jelas Statusnya di Desa adalah Ketua Desa siaga di bidang pendampingan pasen serta terbatas per Desa hanya 2 orang.

“Saya mohon dan berharap kepada Bupati KBB dan Dinas terkait, berikanlah aturan yang bijak supaya cepat mengatasi permasalahan pasen yang benar – benar tidak mampuh, serta keberadaannya urgen pasen yang masih berbaring di Rumah Sakit dan sangat membutuhkan tanggungan pihak Dinas, tolong itu harus di perhatikan dan masyarakat pun perlu perhatiannya” Tegasnya

Sementara menurut staf pungsional bidang pelayanan kesehatan Dinkes KBB, Euis mengatakan, Yang di minta dari pihak keluarga pasien adalah bukan anak kecil, kemarin saya sudah sampaikan untuk di dampingi keluarga yang sudah dewasa. *Red/Admin

“Karena begini, bila biaya rumah sakit itu tidak memadai atau cukup bagaimana ? Soalnya anggaran yang di keluarkan lewat program Maskin ini terbatas, jadi bila mana ada kekeruangan biaya ada keluarganya yang bertanggung jawab, ” jelasnya

Baca Juga:  Guidelines Nutrition Prilly Latuconsina yang Sukses Bikin Pangling Usai Berat Badan Turun 10 Kg

Euis juga mengatakan bahwa Selama ini kebanyakan yang datang kesini adalah para relawan dan LSM, ormas terus kemarin banyak selintingan atau mengisukan bahwa untuk pembuatan Maskin pihak Dinkes memungut biaya,sedangkan kami dari pihak dinkes tidak memungut biaya sedikit pun, yang selalu mengatasnamakan Dinkes, sehingga kami memprotek supaya tidak terjadi seperti itu.

“Yang membikin Maskin tidak di ACC di dampingi orang luar itu salah,bisa di dampingi oleh orang lain tapi kami menghargai keluarganya sendiri yang datang kesini, kalau tidak ada keluarganya, silakan dari pihak desa, Rt, Rw bisa kesini, kalau dalam keadaan darurat.Kalau masih bisa, diharapkan keluarganya yang kesini,karena untuk menjelaskan tentang pembiayaan, kalau melebihi dari plapon itu siapa yang mengerti tentang pembiayaan ke rumah sakit, itu maksudnya, bukan untuk mempersulit rekomendasi itu,”Jelasnya

Selanjutnya Euis juga menjelaskan ,Desa Siaga itu ada di setiap desa, tiap RW ada kader ,sebenarnya mereka lebih tahu mana masyarakat yang kurang mampu yang belum memiliki BPJS atau jaminan kesehatan,yang benar benar miskin, seharusnya segera di daftar kan ke Lengkapnya. Ke petugas SIKS-NG Desa, dari Desa ke Dinsos, kemudian Dinson mengirim data ke Dinkes utk di daftarkan ke BPJS Sistem yang ada desa.
*Red/admin