Bisnis  

Tantangan Trump dan Ekonomi: Tarif, Inflasi, dan Suku Bunga

Tantangan Trump dan Ekonomi: Tarif, Inflasi, dan Suku Bunga


WARNAJEMBAR.COM – Kebijakan ekonomi Donald Trump kembali menjadi sorotan, terutama setelah ia menerapkan tarif tinggi pada beberapa mitra dagang utama seperti Cina, Meksiko, Kanada, dan Kolombia. Langkah ini bertujuan untuk melindungi ekonomi AS, namun juga memicu ketegangan perdagangan global. Tarif yang lebih tinggi mengganggu rantai pasokan, menaikkan harga barang, dan mendorong inflasi ke tingkat yang lebih tinggi. Bahkan, dalam beberapa bulan terakhir, inflasi telah mulai stabil berkat kebijakan suku bunga yang diterapkan sebagai alat kontrol utama.

Federal Reserve (The Fed) telah memangkas suku bunga 100 foundation poin dari degree tertinggi di 5,5%, sebagai tanggapan terhadap inflasi yang turun dari 9% menjadi 3% dalam 18 bulan terakhir. Tetapi, The Fed masih mempunyai pemangkasan lebih lanjut mencapai inflasi sampai goal 2%. Investor mengharapkan bahwa suku bunga bisa turun menjadi 2,5% untuk meningkatkan likuiditas pasar, namun kebijakan proteksionis Trump bisa menggagalkan skenario ini. Jika tarif impor terus diterapkan dan inflasi meningkat, Fed mempunyai potensi untuk meningkatkan suku bunga untuk menjaga stabilitas ekonomi.

Selain tarif, kebijakan kontroversial Trump terkait dengan deportasi massal imigran ilegal juga mempunyai potensi untuk mendorong inflasi. Cukup banyak bisnis yang bergantung pada pekerja dengan upah rendah, dengan begitu pengurangan biaya rendah bisa meningkatkan biaya produksi dan harga barang. Tetapi, disisi berbeda, Trump berencana untuk meningkatkan produksi minyak domestik untuk mengurangi ketergantungan pada impor energi. Langkah ini diprediksi akan mengurangi harga bahan bakar dan mengurangi tekanan inflasi yang sebelumnya melonjak karena itu konflik geopolitik dan penurunan produksi minyak domestik.

Hubungan antara Trump dan ketua The Fed, Jerome Powell, juga merupakan faktor yang memengaruhi kebijakan suku bunga. Meski demikian Trump membesarkan Powell pada tahun 2018, keduanya tak henti-hentinya sepertinya tidak setuju terkait dengan kebijakan moneter. Trump menginginkan suku bunga yang lebih rendah untuk memberi dukungan pertumbuhan ekonomi, namun Powell tetap berhati -hati dalam memutuskan. Jika Trump kembali ke Gedung Putih, tekanan pada The Fed kemungkinan akan lebih besar sekali. Sementara waktu, investor perlu memperhatikan memiliki pengaruh pada kebijakan tarif, inflasi, dan suku bunga pada strategi investasi mereka di pasar keuangan dan aset virtual.

Baca Juga:  MAXY Academy dan UNS Gelar Sociopreneurship Bootcamp

Sumber: Vritimes

(Tagstotranslate) Trump



Source link

Tinggalkan Balasan