WARNAJEMBAR.COM – Federal Reserve (The Fed) kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 4,75% pada pertemuan FOMC awal November. Kebijakan ini merupakan langkah awal normalisasi moneter setelah inflasi memperlihatkan tren penurunan yang signifikan dan mendekati goal 2%. Jerome Powell, Ketua The Fed, menjelaskan langkah tersebut bertujuan untuk menyeimbangkan kondisi perekonomian yang terus membaik, mengingat inflasi sempat sampai 9,1% pada tahun 2022, tetapi kini berhasil turun mencapai 2,5%. Normalisasi ini diharapkan bisa mengurangi beban pasar yang sebelumnya terkena mempunyai pengaruh pada kebijakan suku bunga tinggi semasa lebih dari setahun.
Selain inflasi, The Fed juga memantau perkembangan pasar tenaga kerja Amerika Serikat yang mulai menurun pasca masa booming pascapandemi. Tingkat pengangguran sementara stabil di angka 4,2%, sejalan dengan proyeksi jangka panjang The Fed. Meski demikian pertumbuhan lapangan kerja melambat, penciptaan lapangan kerja bulanan masih mencatat angka yang sehat yaitu sekitar 196.000. Fenomena ini memperlihatkan adanya penyesuaian alami di pasar tenaga kerja tanpa mengganggu stabilitas perekonomian.
Investor menyambut baik kebijakan penurunan suku bunga ini dengan optimisme dan berharap likuiditas yang lebih besar sekali di pasar modal. Langkah tersebut diperkirakan akan memacu peralihan dana dari pasar obligasi ke aset berisiko seperti saham dan kripto dengan begitu mendorong dinamika pasar. Pemotongan suku bunga juga hal itu dianggap sebagai katalis pertumbuhan yang akan memudahkan perusahaan menghasilkan keuntungan, sekaligus meningkatkan kepercayaan investor.
Jika suku bunga terus diturunkan, aktivitas keuangan diprediksi akan semakin terstimulasi dengan begitu menciptakan momentum baru bagi perekonomian Amerika Serikat. Investor menilai kebijakan ini merupakan sinyal positif, terutama dalam perjalanan spekulasi kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang diyakini memberi dorongan untuk kebijakan suku bunga rendah. Langkahnya tersebut berpotensi memperkuat pasar modal dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Sumber: VRITIME