Di generation seperti sekarang ini, device dan teknologinya sudah sangat melekat dalam hidup kita sehari-hari. Tetapi sepertinya tidak hanya digunakan untuk menunjang kegiatan dan produktivitas saja, banyak sekali aktivis di baliknya yang turut berkontribusi terhadap lingkungan sekitar. Dalam rangka menyambut Hari Peduli Austisme yang jatuh pada tanggal 2 April, Bhinneka akan membahas berbagai aplikasi yang dikembangkan untuk membantu memberi dorongan untuk terapi bagi korban autis dan anggota family.
Aplikasi unik yang dikembangkan ini umumnya mengandung unsur audio visible yang interaktif dengan begitu bisa merangsang anak untuk belajar dan mengobrol dengan mematuhi audio tersebut. Selain berguna sebagai pengisi waktu luang, penggunaan device beserta aplikasinya bisa digunakan sebagai alat komunikasi dan edukasi antara korban autis dengan orang tuanya.
Terapi dan konsultasi dengan ahlinya tetap menjadi cara sangat bagus untuk mengakomodir kebutuhan korban autis, tetapi 3 penerapan di bawah ini patut dipertimbangkan sebagai alat bantu terapi bagi korban autis.
- Samsung Lihatlah Aku
Salah satu gangguan yang dialami anak autis adalah gangguan hubungan sosial, dimana mereka sulit berkonsentrasi pada suatu hal. Menyadari hal tersebut, Samsung merilis aplikasi perangkat seluler berbasis game bernama Glance At Me. Tujuan dari aplikasi ini adalah untuk membantu anak autis menjaga kontak mata semaksimal mungkin saja, yang umumnya sulit mereka lakukan.
Aplikasi yang dirilis pada akhir tahun 2014 ini memakai kamera pada smartphone atau tablet. Aplikasi ini memaksimalkan penggunaan foto, serta teknologi pengenalan wajah dan berbagai permainan untuk membantu anak autis menyalurkan emosi dan berkomunikasi dengan orang lain di luar dirinya.
Dikembangkan oleh grasp dan profesor dari Rumah Sakit Bundang Universitas Nasional Seoul dan Departemen Psikologi Universitas Yonsei, Korea Selatan, aplikasi ini diuji pada 20 anak autis selagi 8 minggu. Hasilnya, 60% anak memperlihatkan peningkatan dalam melakukan kontak mata.
- Aplikasi Bicara
Mahalnya biaya terapi dan konsultasi tentu menjadi tantangan bagi keluarga yang mempunyai anak dengan kebutuhan unik untuk dapatkan akses pengobatan rutin. Mengingat itu, perusahaan jasa kesehatan asal Australia, Spokle Team Pty Ltd, merilis aplikasi perangkat seluler SpokleTM App. Dilengkapi dengan informasi, dukungan dan bimbingan dari para profesional, aplikasi ini diharapkan bisa mengurangi kesulitan komunikasi antara orang tua dan anak berkebutuhan khusus.
Aplikasi yang berisi berbagai topik dan program pembelajaran berbasis video serta kuis sederhana ini tersedia di 6 negara Asia Pasifik yaitu Indonesia, Australia, Selandia Baru, Singapura, Malaysia, dan Filipina.
- Cakra
Kalau ini asli berarti buatan Indonesia. Aplikasi cakra dibuat oleh Rizky Habibilulusan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya ini atas kepeduliannya terhadap relatif mahalnya biaya terapi bagi korban autis. Aplikasi yang diluncurkan pada tahun 2014 ini berisi 77.000 pertanyaan untuk anak dan 137 jenis terapi yang bisa digunakan oleh orang tua anak.
Setelah dilakukan uji coba selagi 3 bulan terhadap 9 orang autis di Cakra Autism Center pada kategori berat, sedang, dan ringan, beberapa responden memperlihatkan perbaikan, meski ada pula yang stagnan.
Dengan cara yang berbeda dengan kedua aplikasi di atas, aplikasi yang sudah digunakan oleh para grasp di beberapa kota besar seperti Surabaya, Bandung, Jakarta, Medan dan Makassar ini hanya dapat diakses di layar komputer.
Foto: Dok. 123RF, www.play.google.com, www.cakra-app.com